Jakarta - Sejumlah perusahaan aset manajemen atau fund manager disebut sedang mengincar saham-saham kategori new economy seperti teknologi, e-commerce, bank digital dan perusahaan berbasis Environmental, Social, and Governance (ESG).
Sektor tersebut diyakini akan menjadi sumber pertumbuhan ke depan di tengah perubahan karakter investor dan tren bisnis yang lebih "go green".
Direktur PT MNC Asset Management, Edwin Sebayang membenarkan adanya kecenderungan fund manager di perusahaan aset manajemen masuk ke saham kategori tersebut.
Dia menjelaskan alasan fund manager berpindah adalah valuasi hingga sektor di dalam saham digital tersebut.
"Kita tetap berpegang pada valuasi, kedua kepada outlook. Lalu terkait dengan bagaimana sektor di dalam saham-saham digital atau teknologi dan infra pendukung, menjadi alasan kenapa mereka masuk saham tek dan berkaitan dengan saham tersebut," jelas Edwin dalam program InvesTime, Selasa (7/9/2021).
Saat ditanya soal apakah saham teknologi bagus untuk jangka pendek atau panjang, dia mengembalikan itu pada investor sendiri. Jika menjadi trader artinya hanya untuk jangka pendek dan tidak terlepas dari volume.
Menurutnya hal itu bisa saja, namun tetap melihat apakah ada volume atau tidak. "Itu syarat utama untuk trading saham tersebut," ungkapnya.
Sementara untuk long term atau jangka panjang, dia mencontohkan saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) di mana saham dengan prospek baik ini ternyata masih terlihat rugi dari sisi laporan keuangan.
Namun jika melihat pada laporan keuangan perusahaan, adanya perbaikan dan rugi juga menurun. Edwin mengatakan terdapat harapan saham-saham perusahaan serupa bisa meningkat pada 1-2 tahun mendatang.
Edwin juga memberikan tips bagi investor yang ingin membeli saham teknologi. Dia mengatakan untuk memperhatikan tiga hal penting yakni tujuan, risk profile dan jeda waktu para investor.
"Tiga hal yang perlu diperhatikan sebelum memutuskan masuk ke saham new economy atau saham pendukung," ujar Edwin.
Untuk saham pendukung, perhitungan valuasi dilakukan secara konvensional, seperti relative valuation. Namun untuk new economy tidak bisa menggunakan pendekatan tersebut.
"jadi itulah yang harus dibedakan, tiga hal yang pertanyaan saham apa yang diincar," kata Edwin.